"Identifikasi Keragaman Jenis Rayap
dan Estimasi Nilai Kerugian Secara Ekonomi Akibat Serangannya
Pada Lingkungan Permukiman di Kota
Bandung"
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepustakaan mengenai rayap sudah ada sejak akhir abad ke-19, tetapi
terutama berkembang selama abad ke-20. Diseluruh dunia, jenis rayap yang telah
dikenal ada sekitar 2000 spesies (sekitar 120 spesies merupakan hama), sedangkan di negara kita diketahui sekitar 20 spesies yang berperan sebagai hama perusak kayu serta hama
hutan atau pertanian (Tarumingkeng,
2005).
Rayap berguna mengubah bahan organik mengandung selulosa untuk dijadikan
humus. Namun dapat pula merusak bangunan gedung dengan komponen kayu sebagai
bahan bakunya. Serangannya sangat cepat dan menimbulkan kerusakan yang cukup
parah. (Metcalf dan Flint, 1982, dalam Tobing, 2007).
Terdapat tiga famili rayap perusak kayu, yaitu famili Kalotermitidae,
Rhinotermitidae, dan Termitidae. Kerusakan akibat serangan rayap pada bangunan
tidak terbatas pada komponen-komponen bangunan dari bahan kayu saja, melainkan
juga merusak komponen-komponen lain terutama yang terbuat dari bahan organik
yang mengandung selulosa. Ditinjau dari nilai bangunan, kerusakan oleh rayap
mempunyai dampak ekonomi yang cukup besar dalam kehidupan manusia, salah
satunya memperpendek umur pakai (service life) bangunan (Hudiatomo, 1983, dalam
Safarudin, 1994).
Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan
suhu rata-rata 23,50C, curah hujan rata-rata 200,4 mm (Badan
Metereologi, Klimatologi dan Geofisika, Bandung, 2011). Kondisi tersebut memungkinkan rayap bekembang dengan baik,
didukung pula dengan laju pembangunan yang begitu cepat, sehingga makin sempit
habitatnya di alam, dan akibatnya rayap melakukan
invasi ke tempat-tempat hunian manusia. Oleh karena itu perlu adanya perhatian
terhadap bahaya rayap, sehingga dapat memperkecil kerugian ekonomi yang ditimbulkan. Seperti yang diungkapkan
Rudi (1997), bahwa kerugian untuk Kotamadya Bandung mencapai 1,35 milyar
pertahun. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dipandang perlu melakukan
serangkaian penelitian tentang jenis-jenis rayap yang menyerang bangunan serta
kerugian ekonomi akibat serangannya, khususnya di Kota Bandung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut :
1.
Sampai saat ini jenis rayap apa saja yang menyerang bahan dan bangunan
rumah pada lingkungan permukiman di Kota
Bandung?
2.
Saberapa besar kerugian ekonomi akibat serangan rayap terhadap bahan dan
bangunan rumah pada lingkungan permukiman di
Kota Bandung?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1.
Mengidentifikasi keragaman jenis rayap perusak bahan dan bangunan rumah
pada lingkungan permukiman di Kota Bandung.
2.
Memperkirakan besarnya kerugian ekonomi akibat serangan rayap terhadap
bahan dan bangunan rumah pada lingkungan
permukiman di Kota Bandung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Biologi Rayap
Berdasarkan sejarah evolusinya, rayap digolongkan sebagai hewan primitif. Rayap merupakan salah
satu serangga sosial yang paling berhasil mempertahankan populasinya. Sumber
makanannya berupa selulosa, yang merupakan materi paling berlimpah yang ada di
bumi sementara organisme lain tidak dapat menggunakan selulosa sebagai sumber
makanannya. (Tarumingkeng, 1971).
Rayap mengalami metamorphosa gradual atau bertahap. Kelompok hewan ini
pertumbuhannya melalui tiga tahap, tahap telur, tahap nimfa dan tahap dewasa
(Hasan, 1986). Telur Rayap berbentuk silinder dengan ukuran panjang yang
bervariasi antara 1-1,5 mm. Telur akan menetas setelah berumur 8-11 hari.
(Nandika dkk, 2003).
Tubuh rayap, seperti pada umumnya tubuh serangga, ditutupi oleh suatu
lapisan tipis epitikula yang tersusun dari lilin (parafin). Lapisan ini
berfungsi untuk mencegah rayap dari kekeringan, menjaga kelembaban, dan
mencegah infeksi oleh organisme lain. Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu
kepala, dada (toraks), dan abdomen. Setiap bagian memiliki ruas yang jelas
kecuali pada bagian kepala. (Krishna, 1969).
Perilaku rayap adalah kriptobiotik atau sifat selalu
menyembunyikan diri. Mereka membentuk pipa pelindung dari bahan tanah atau
humus (Tarumingkeng, 2005). Dalam keadaan sulit rayap suka membunuh terhadap sesamanya.
Kanibalisme ini berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi
energi, juga berperan dalam pengaturan homeostatika
(keseimbangan kehidupan) koloni rayap (Tarumingkeng, 1971). Sifat trofalaksis juga
merupakan ciri khas diantara individu-individu dalam koloni rayap. Sifat ini
diinterpretasikan sebagai cara untuk memperoleh protozoa flagellata bagi
individu yang baru saja berganti kulit (eksidis), Sifat ini juga diperlukan
agar terdapat pertukaran feromon diantara para individu (Tarumingkeng, 2005).
Rayap hidup dalam suatu komunitas
yang disebut koloni. Komunitas tersebut bertumbuh efisien dengan adanya
spesialisasi (kasta). Masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang
berbeda-beda. Menurut Nandika (2003) kasta dalam rayap terdiri dari 3 (tiga)
kasta yaitu:
a. Kasta Reproduktif
Kasta ini terdiri
atas individu-individu seksual yaitu betina (ratu), tugasnya bertelur dan
jantan (raja), tugasnya membuahi betina.(Prasetyo dan Yusuf, 2005) Ukuran
ratu umumnya sebesar jempol pria dewasa bahkan lebih sedangkan raja hanya 1/10
dari ukuran ratu. Telurnya mencapai
± 36000 sehari bila koloninya sudah berumur ± 5 tahun. Ratu rayap dapat hidup sampai dengan 20
tahun, bahkan lebih. Selama hidup ratu hanya bertelur, tetap berada di inti
sarang dan tidak keluar sampai akhir hayatnya. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni. Dalam
satu koloni hanya ada satu ratu dan raja (Tarumingkeng, 2005).
b. Kasta Prajurit
Kasta prajurit jumlahnya ±
15% dari seluruh anggota koloni. Tugasnya menjaga dan menemani rayap pekerja di
sekitar sumber makanan untuk berjaga dari serangan predator. Bentuk tubuh kekar karena
penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka mempertahankan
kelangsungan hidup koloni. Prajurit rayap biasanya dilengkapi mandibel (rahang)
yang berbentuk gunting. (Taruminkeng, 2005).
c.
Kasta Pekerja
Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Kurang
lebih 85% populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Dari ketiga kasta rayap, hanya kasta
pekerjalah yang merusak bangunan. Memiliki
warna tubuh pucat dan mengalami
penebalan di bagian kutikula (Borror dan De Long,1971). Tugasnya mencari
makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan, menyuapi dan
membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, membunuh dan
memakan rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga
mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri (Tarumingkeng, 2001).
2.2 Rayap perusak bangunan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa
terdapat tiga famili rayap perusak kayu, yaitu famili Kalotermitidae,
Rhinotermitidae, dan Termitidae. Kalotermitidae diwakili oleh Neotermes tectonae (hama pohon jati) dan
Cryptotermes spp. (rayap kayu
kering); Rhinotermitidae oleh Coptotermes
spp dan Schedorhinotermes,
sedangkan Termitidae oleh Macrotermes
spp., Odontetermes spp. dan Microtermes spp (Tarumingkeng, 2005).
Apapun bentuk konstruksi bangunan gedung, rayap mampu menembus lubang terbuka
atau celah pada sleb, disekitar pipa kayu atau ledeng, celah antar pondasi atau
tembok maupun pada atap. (Nandika, 2003).
2.3 Kerugian ekonomi akibat serangan rayap
Sejak tahun 1982 kasus serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia
telah mulai banyak dilaporkan. Kerugian akibat serangan rayap perusak bisa
mencapai 224 – 238 milyar per tahun. Kotamadya Bandung mencapai 1,35 milyar
pertahun. Menurut Safaruddin (1994) kerugian ekonomis akibat serangan rayap di
Jakarta Barat dan Jakarta Timur berkisar Rp 67,57 milyar. Pada saat ini beberapa jenis rayap telah seringkali
menunjukkan daya serang yang luar biasa terhadap perumahan, kantor dan bangunan
gedung lain sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar. (Nandika 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F.
Johnson. 1993., dalam A. Siregar dan Batubara. 2007. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. (Terjemahan
Partosoedjono, S). Gajahmada University Press. Jogjakarta.
BSN - Badan Standarisasi Nasional. 1991, Tata Cara Penanggulangan Rayap Pada Bangunan
Rumah dan Gedung Dengan Termitisida. BSN. Jakarta.
Hasan, T. 1984. Rayap dan Pemberantasannya (Penanggulangan dan Pencegahan). Yayasan
Pembinaan Watak Bangsa. Jakarta.
Metcalf. C.L dan W.P.Flint, 1982., dalam
L.Tobing, D.R., Rayap Biologi dan
Pengendaliannya, Muhamadiya University Press. Surakarta.
Nandika, D.,Y.Rismayadi dan F.Diba, 2003.,dalam
L.Tobing, D.R., Rayap.Biologi dan
Pengendaliannya. Muhammadiya University Press. Surakarta.
Prasetyo, K.W.dan S.Yusuf, 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah
Lingkungan dan Kimiawi. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rudi. 1997. Bahaya rayap Pada
bangunan di Kotamadya Bandung. Universitas Winaya Mukti. Jatinangor.
Romaida. 2002. Kerugian Ekonomis
Akibat Serangan Rayap dan Intensitas Serangannya Pada Bangunan Rumah di Kota
Cirebon Jatinangor. Fakultas Kehutanan UNWIM.
Safarudin. 1994. Kerugian Ekonomis
Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Dua Wilayah DKI Jakarta
(Kotamadya Jakarta barat dan Jakarta Timur. IPB Bogor.
Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1985., dalam
Arthadi, Budianto,HB & Pratiknyo, H. (1996). Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta
Sudzana. 2002. Metode Statistik. Edisi
Keenam, Penerbit PT. Tarsito Bandung
Tambunan, B. dan D. Nandika. 1989. Deteriorasi Kayu Oleh Faktor Biologis.
UPT Produksi Media Informasi, Lembaga Sumberdaya Informasi IPB, Bogor.
Tarumingkeng, R.C. 1971. Biologi dan Pengendalian Rayap Perusak Kayu Indonesia, Lembaga
Penelitian Hasil Hutan. No. 138. 28 hal.
Tarumingkeng, R.C., 2005. Biologi Dan Perilaku Rayap. http://tumoutou.net/ biologi dan
perilaku rayap. htm. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar