Kamis, 19 April 2012

TUGAS PENELITIAN AKHIR-Q


"Identifikasi Keragaman Jenis Rayap dan Estimasi Nilai Kerugian Secara Ekonomi Akibat Serangannya Pada Lingkungan  Permukiman di Kota Bandung"
 
I.   PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Kepustakaan mengenai rayap sudah ada sejak akhir abad ke-19, tetapi terutama berkembang selama abad ke-20. Diseluruh dunia, jenis rayap yang telah dikenal ada sekitar 2000 spesies (sekitar 120 spesies merupakan hama), sedangkan di negara kita diketahui sekitar 20 spesies yang  berperan sebagai hama perusak kayu serta hama hutan atau pertanian  (Tarumingkeng, 2005).

Rayap berguna mengubah bahan organik mengandung selulosa untuk dijadikan humus. Namun dapat pula merusak bangunan gedung dengan komponen kayu sebagai bahan bakunya. Serangannya sangat cepat dan menimbulkan kerusakan yang cukup parah. (Metcalf dan Flint, 1982, dalam Tobing, 2007).  Terdapat tiga famili rayap perusak kayu, yaitu famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan Termitidae. Kerusakan akibat serangan rayap pada bangunan tidak terbatas pada komponen-komponen bangunan dari bahan kayu saja, melainkan juga merusak komponen-komponen lain terutama yang terbuat dari bahan organik yang mengandung selulosa. Ditinjau dari nilai bangunan, kerusakan oleh rayap mempunyai dampak ekonomi yang cukup besar dalam kehidupan manusia, salah satunya memperpendek umur pakai (service life) bangunan (Hudiatomo, 1983, dalam Safarudin,  1994).

Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan suhu rata-rata 23,50C, curah hujan rata-rata 200,4 mm (Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika, Bandung, 2011). Kondisi tersebut  memungkinkan rayap bekembang dengan baik, didukung pula dengan laju pembangunan yang begitu cepat, sehingga makin sempit habitatnya di alam, dan akibatnya rayap melakukan invasi ke tempat-tempat hunian manusia. Oleh karena itu perlu adanya perhatian terhadap bahaya rayap, sehingga dapat memperkecil kerugian ekonomi  yang ditimbulkan. Seperti yang diungkapkan Rudi (1997), bahwa kerugian untuk Kotamadya Bandung mencapai 1,35 milyar pertahun. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dipandang perlu melakukan serangkaian penelitian tentang jenis-jenis rayap yang menyerang bangunan serta kerugian ekonomi akibat serangannya, khususnya di Kota Bandung.

1.2   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
1.      Sampai saat ini jenis rayap apa saja yang menyerang bahan dan bangunan rumah pada lingkungan permukiman di Kota  Bandung?
2.      Saberapa besar kerugian ekonomi akibat serangan rayap terhadap bahan dan bangunan rumah pada lingkungan permukiman di  Kota Bandung?

      1.3  Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1.      Mengidentifikasi keragaman jenis rayap perusak bahan dan bangunan rumah pada lingkungan permukiman di Kota Bandung.
2.      Memperkirakan besarnya kerugian ekonomi akibat serangan rayap terhadap bahan dan  bangunan rumah pada lingkungan permukiman di Kota  Bandung.

II.   TINJAUAN PUSTAKA
  2.1   Biologi  Rayap
Berdasarkan sejarah evolusinya, rayap digolongkan sebagai hewan primitif.  Rayap merupakan salah satu serangga sosial yang paling berhasil mempertahankan populasinya. Sumber makanannya berupa selulosa, yang merupakan materi paling berlimpah yang ada di bumi sementara organisme lain tidak dapat menggunakan selulosa sebagai sumber makanannya. (Tarumingkeng, 1971).
Rayap mengalami metamorphosa gradual atau bertahap. Kelompok hewan ini pertumbuhannya melalui tiga tahap, tahap telur, tahap nimfa dan tahap dewasa (Hasan, 1986). Telur Rayap berbentuk silinder dengan ukuran panjang yang bervariasi antara 1-1,5 mm. Telur akan menetas setelah berumur 8-11 hari. (Nandika dkk, 2003).

Tubuh rayap, seperti pada umumnya tubuh serangga, ditutupi oleh suatu lapisan tipis epitikula yang tersusun dari lilin (parafin). Lapisan ini berfungsi untuk mencegah rayap dari kekeringan, menjaga kelembaban, dan mencegah infeksi oleh organisme lain. Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, dada (toraks), dan abdomen. Setiap bagian memiliki ruas yang jelas kecuali pada bagian kepala. (Krishna, 1969).

Perilaku rayap adalah kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri. Mereka membentuk pipa pelindung dari bahan tanah atau humus (Tarumingkeng, 2005). Dalam keadaan sulit rayap suka membunuh terhadap sesamanya. Kanibalisme ini berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, juga berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap (Tarumingkeng, 1971). Sifat trofalaksis juga merupakan ciri khas diantara individu-individu dalam koloni rayap. Sifat ini diinterpretasikan sebagai cara untuk memperoleh protozoa flagellata bagi individu yang baru saja berganti kulit (eksidis), Sifat ini juga diperlukan agar terdapat pertukaran feromon diantara para individu (Tarumingkeng, 2005).

Rayap hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Komunitas tersebut bertumbuh efisien dengan adanya spesialisasi (kasta). Masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda-beda. Menurut Nandika (2003) kasta dalam rayap terdiri dari 3 (tiga) kasta yaitu:

            a.   Kasta Reproduktif
Kasta ini terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (ratu), tugasnya bertelur dan jantan (raja), tugasnya membuahi betina.(Prasetyo dan Yusuf, 2005) Ukuran ratu umumnya sebesar jempol pria dewasa bahkan lebih sedangkan raja hanya 1/10 dari ukuran ratu. Telurnya mencapai ± 36000 sehari bila koloninya sudah berumur ± 5 tahun.  Ratu rayap dapat hidup sampai dengan 20 tahun, bahkan lebih. Selama hidup ratu hanya bertelur, tetap berada di inti sarang dan tidak keluar sampai akhir hayatnya. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni. Dalam satu koloni hanya ada satu ratu dan raja (Tarumingkeng, 2005).

b.      Kasta Prajurit
Kasta prajurit jumlahnya ± 15% dari seluruh anggota koloni. Tugasnya menjaga dan menemani rayap pekerja di sekitar sumber makanan untuk berjaga dari serangan predator. Bentuk tubuh kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup koloni. Prajurit rayap biasanya dilengkapi mandibel (rahang) yang berbentuk gunting. (Taruminkeng, 2005).

           c.       Kasta Pekerja

Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Kurang lebih 85% populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Dari ketiga kasta rayap, hanya kasta pekerjalah  yang merusak bangunan. Memiliki warna tubuh pucat  dan mengalami penebalan di bagian kutikula (Borror dan De Long,1971). Tugasnya mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat terowongan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, membunuh dan memakan rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri  (Tarumingkeng, 2001).

2.2    Rayap perusak bangunan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat tiga famili rayap perusak kayu, yaitu famili Kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan Termitidae. Kalotermitidae diwakili oleh Neotermes tectonae (hama pohon jati) dan Cryptotermes spp. (rayap kayu kering); Rhinotermitidae oleh Coptotermes spp dan Schedorhinotermes, sedangkan Termitidae oleh Macrotermes spp., Odontetermes spp. dan Microtermes spp (Tarumingkeng, 2005). Apapun bentuk konstruksi bangunan gedung, rayap mampu menembus lubang terbuka atau celah pada sleb, disekitar pipa kayu atau ledeng, celah antar pondasi atau tembok maupun pada atap. (Nandika, 2003).

2.3  Kerugian ekonomi akibat serangan rayap
Sejak tahun 1982 kasus serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia telah mulai banyak dilaporkan. Kerugian akibat serangan rayap perusak bisa mencapai 224 – 238 milyar per tahun. Kotamadya Bandung mencapai 1,35 milyar pertahun. Menurut Safaruddin (1994) kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur berkisar Rp 67,57 milyar. Pada saat ini  beberapa jenis rayap telah seringkali menunjukkan daya serang yang luar biasa terhadap perumahan, kantor dan bangunan gedung lain sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar. (Nandika 2003).
 
DAFTAR PUSTAKA
Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson. 1993., dalam A. Siregar dan Batubara. 2007. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. (Terjemahan Partosoedjono, S). Gajahmada University Press. Jogjakarta.
BSN - Badan Standarisasi Nasional. 1991, Tata Cara Penanggulangan Rayap Pada Bangunan Rumah dan Gedung Dengan Termitisida. BSN. Jakarta.
Hasan, T. 1984. Rayap dan Pemberantasannya (Penanggulangan dan Pencegahan). Yayasan Pembinaan Watak Bangsa. Jakarta.
Metcalf. C.L dan W.P.Flint, 1982., dalam L.Tobing, D.R., Rayap Biologi dan Pengendaliannya, Muhamadiya University Press. Surakarta.
Nandika, D.,Y.Rismayadi dan F.Diba, 2003.,dalam L.Tobing, D.R., Rayap.Biologi dan Pengendaliannya. Muhammadiya University Press. Surakarta.
Prasetyo, K.W.dan S.Yusuf, 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rudi. 1997. Bahaya rayap Pada bangunan di Kotamadya Bandung. Universitas     Winaya Mukti. Jatinangor.
Romaida. 2002. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap dan Intensitas Serangannya Pada Bangunan Rumah di Kota Cirebon Jatinangor. Fakultas Kehutanan UNWIM.
Safarudin. 1994. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta barat dan Jakarta Timur. IPB  Bogor.
Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1985., dalam Arthadi, Budianto,HB & Pratiknyo, H. (1996). Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta
Sudzana. 2002. Metode Statistik.  Edisi Keenam, Penerbit  PT. Tarsito Bandung
Tambunan, B. dan D. Nandika. 1989. Deteriorasi Kayu Oleh Faktor Biologis. UPT Produksi Media Informasi, Lembaga Sumberdaya Informasi IPB, Bogor.
Tarumingkeng, R.C. 1971. Biologi dan Pengendalian Rayap Perusak Kayu Indonesia, Lembaga Penelitian Hasil Hutan. No. 138. 28 hal.
Tarumingkeng, R.C., 2005. Biologi Dan Perilaku Rayap. http://tumoutou.net/ biologi dan perilaku rayap. htm. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2011.




KABUPATEN MOROWALI

Kabupaten Morowali adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Bungku (sebelumnya pernah dipindahkan sementara hingga tahun 2005 ke Kolonodale, Petasia, Morowali). Kabupaten ini memiliki luas wilayah 14.489,62 km² dan berpenduduk sebanyak 179.649 jiwa (2009). Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Poso pada 3 November 1999. Mata pencaharian terbesar penduduk kabupaten ini adalah petani.
Secara geografis Kabupaten Morowali terletak di 01o31 12 - 03o46 48 LS dan antara 121o02 24- 123o15 36 BT, dengan batas-batas sebagai berikut:
Nama "Morowali" berasal dari bahasa Suku Wana yang berarti "gemuruh".

            PROFIL KABUPATEN MOROWALI

Lambang Kabupaten Morowali.jpg
Lambang Kabupaten Morowali
Motto: -

{{{peta}}}
Peta lokasi Kabupaten Morowali
Koordinat: -
Provinsi Sulawesi Tengah
Dasar hukum UU RI No. 51 Tahun 1999
Tanggal 3 November 1999
Ibu kota Bungku
Pemerintahan
 - Bupati Anwar Hafid (2007-...)
 - DAU Rp. 438.589.730.000,-(2011)
Luas 15.490,12 km2
Populasi
 - Total 179.649 jiwa (2004)
 - Kepadatan 11,6 jiwa/km2
Demografi
 - Kode area telepon -
Pembagian administratif
 - Kecamatan 13
 - Kelurahan 238 (desa)
 - Situs web -